Konseling Behavioristik teoritik

Pada kesempatan ini kami ingin berbagi dan coba merangkum konseling melalui pendekatan behavioristik dari berbagai sumber akurat yang semoga dapat membantu teman-teman dalam mencari materi-materi tertentu kaitannya tentang hal tersebut. 

Bagian dari proses konseling yang tidak dapat ditinggalkan salah satunya adalah proses asesmen. Dalam behavioral proses ini dapat dilakukan dengan memakai instrumen asesmen, self-report, behavior rating scales, format self monitoring, teknik observasi sederhana. Perangkat instrumen tersebut merupakan bagian dari upaya behavioral konseling.

Self report artinya sarana komunikasi antara konselor dengan klien. pernyataan klien, sehingga klien dapat memperoleh kejelasan (klarifikasi). pemahaman dan pemecahan masalah yang dihadapinya.

Behaviour rating scales merupakan penilaian yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan emosional dan perilaku

format self monitoring (Pemantauan diri)sebuah teknik dalam terapi tingkah laku yang tidak hanya merupakan salah satu cara pengumpulan data, tetapi dalam bidang psikologi dan pendidikan/konseling digunakan sebagai teknik intervensi dan atau dapat sebagai bagian dari agen perubahan perilaku.


Teknik-teknik Konseling Behavioral

1) Latihan Asertif

Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.

2) Desensitisasi Sistematis

Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.

3) Pengkondisian Aversi

Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

4) Pembentukan Tingkah laku

Model Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

5) Covert Sensitizatio

Teknik ini dapat digunakan untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien tapi menyimpang, seperti homosex, alcoholism. Caranya: Belajar rileks dan diminta membayangkan tingkah laku yang disenangi itu. Kemudian di saat itu diminta membayangkan sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya. Misalnya, seorang peminum, sambil rileks diminta untuk membayangkan minuman keras. Di saat gelas hamper menyentuh bibirnya, diminta untuk membayangkan rasa muak dan ingin muntah. Hal ini diminta berulangkali dilakukan, hingga hilang tingkah laku peminumnya.

6) Thought Stopping

Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya klien disuruh menutup matanya dan membayangkan dirinya sedang mengatakan sesuatu yang mengganggu dirinya, misalnya membayangkan dirinya berkata saya jahat!. Jika klien memberi tanda sedang membayangkan yang dicemaskannya (ia berkata pada dirinya: saya jahat!), terpis segera berteriak dengan nyaring : berhenti!. Pikiran yang tidak karuan itu segera diganti oleh teriakan terapis. Klien diminta berulang kali melakukan latihan ini, hingga dirinya sendiri sanggup menghentikan pikiran yang mengganggunya itu.


Menurut Ivey, et.al (1987); Ivey (1987) menjelaskan bahwa kesuksesan dalam melakukan konseling dengan pendekatan behavioristik didasarkan pada:

1) hubungan antara konselor dengan konseli, 

2) operasionalisasi perilaku (making the behavior concrete and observable), 

3) analisis fungsional (the A-B-Cs of behavior), dan 

4) menetapkan tujuan perubahan perilaku (making the goals concrete). 

Woolfe dan Dryden (1998) menegaskan bahwa dalam kerangka hubungan antara konselor-konseli secara bersama-sama harus konsisten dalam hal, pertama; konseli diharapkan untuk memiliki perhatian positif (minat), kompetensi (pengalaman) dan aktivitas (bimbingan), kedua; konselor tetap konsisten dalam perhatian positif, self-disclosure (engagement) dan kooperatif (berorientasi pada tujuan konseli).


Cognitive behavior therapy mengemukakan empat komponen penting pada manusia yaitu phisik, perilaku, kognisi dan emosi, di mana gangguan emosional akan mempengaruhi perilaku pada manusia sehingga terapi yang dikembangkan adalah mensikapi gangguan emosi secara kognitif dan perilaku yang menunjukkan kestabilan kognitif. Pendekatan behavioristik klasik manusia dipandang secara mekanistik dan deterministik, namun dalam behavioristik kontemporer difokuskan pada pendekatan scientific yang terstruktur dan sistematis yang berusaha menghilangkan model mekanistik.

Pendekatan dalam layanan konseling merupakan suatu strategi untuk memberikan intervensi kepada konseli pada konsep behavioristik ini mmemiliki salah satu Tujuan yang akan dicapai diantaranya adalah perubahan pada konseli yang memungkinkan konseli untuk dapat menerima diri (self-acceptance), memahami diri (self-understanding), menyadari diri (self-awareness), mengarahkan diri (self-directing), dan aktualisasi diri (self-actualitation).


Belum ada Komentar untuk "Konseling Behavioristik teoritik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel