Mengagumi Karena Rupawan atau Kepribadian?

Aku kagum dan mengagumi sikap, ilmu, perangai dan tentunya wajah kulitmu yang natural putih kuning langsat dengan rambut terikat laksana ombak bergulung. 
Waktu memang singkat. untuk menggeser pintu gerbang saja tidak cukup. Mengagumimu dari kejauhan membawa perasaan ini berkunang-kunang, memendam kekaguman ini cukup beresiko jika tidak segera diungkapkan! 
Apalah daya tidak sampai, karena akan lebih menghancurkan hati dan hati orang orang terdekat apabila dijabarkan secara seksama. 

Pernah suatu ketika terdengar percakapan pendek terjadi, kondisi dimana ku melihat tatapan matamu, juga tergambar gambaran perasaan yang Rasa-rasanya ada, entah ini karena asumsi searah saja atau kenyataan benar adanya jika dapat kau jawab. 

Matamu menatapku dengan pandangan kode tergambar adem ikhlas, terpancar mengeluarkan aura. kondisimu saat itu, padahal sedang berbicara apalagi disela sela bicara kau selipkan senyum, senyum tulus bagai lebah membudidayakan madu. 

Manis sekali.! Kadang-kadang kau sedikit dikit menimpali guyonan recehku yang membuat ketegangan menjadi cair bersorak riang. 

Sekali lagi ketika hati berkata, maka mata akan mengungkapkan, hal ini kebiasaan antara hati, mata, ucapan dan perbuatan menyatu. Semua itu terlihat, 

hanya saja "ucapan" Yang tidak mungkin juga kau implementasikan sebab terhalang oleh murninya jiwa perempuan tak mengungkapkan dahulu walaupun cinta, akan tetapi sudah ada sohib karibmu yang terlanjur sayang lebih dahulu. 

Tapi sebagai laki-laki sejati memahami serta menyadari kau juga sudah memiliki pasangan luar biasa setia memperjuangkanmu. 

Maka demikian ku katakan, cukup aku menjadi pengagummu saja dari jarak jalan jauh ini, jika kau adalah garis dan tulang rusuk yang ditetapkan mengapa tidak?

Ku ingin mencatat-Mu dalam literasi ini agar kelak, tingkah dan perilaku itu dapat memotivasi para Pemuda bahwa banyak rintangan juga butuh perjuangan jika benar-benar ingin beribadah panjang bersama pujaan dalam kehidupan. tentunya, terpenting adalah do'a menjadi sumber harapan. 

Aku masih terlena sewaktu waktu melihat penggandaan wajahmu yang rupawan dari Citra digital. Biarkan aku menjadi pengagum rahasiamu jika masih was was pertemananmu tergoyah runtuh oleh seorang. suatu masa mungkin tuhan akan berkata dan membisikkan hatimu melalui jalur langit yang sulit di cerna logika pikiran namun baginya membolak-balikkan sikap dan moral adalah genggaman ringan. 

Setelah beberapa minggu menghilang dengan genderang pikiran yang tak karuan, aku kembali mendapatimu yang hendak akan bepergian. Dengan lembut menyapa:
"Ayo Mas ikut ke rumah"? Sapanya.
"Serius mau balik ini,?" Tanyaku kembali sembari Kepala ku mendongak sambil geleng-geleng, oh ya ini kan hari Sabtu. Okay hati hati! naruh tas itu didepan supaya badan Terproteksi angin dan tidak masuk angin." Kataku dengan rasa perhatian. Namun ia menunduk entah mendengar atau memikirkan ucapan sepintasku. 

Aku tarik tentengan plastik berwarna Biru tua itu sembari memperhatikan nya menaiki kendaraan yang biasa digunakan. Pandanganku lenyap setelah kau melewati pengkolan mengarah kanan hingga bunyi motormu tak terdengar bremm ditelinga. 

Apakah ini yang dinamakan jatuh hati karena rupawan ketimbang terpesona atas kepribadian? 

#MenuliskuSebabMerdeka
*PenaDjoank
 

Belum ada Komentar untuk "Mengagumi Karena Rupawan atau Kepribadian? "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel